 original dari: fb Pertubuhan IKRAM
original dari: fb Pertubuhan IKRAMLELAKI PENGGENGGAM KAHERAH - ASHAB
Assalamualaikum ikhwah dan akhawat sekalian,
Seberkas  cahaya melintasi alam raya, umpama seorang musafir yang datang  berkunjung, tiba-tiba pergi lagi dan meninggalkan tempat  persinggahannya. Seperti itulah cebisan kisah seorang yang bernama Hasan  Al Banna.
- Apakah yang dapat diambil oleh seberkas cahaya itu dari      dunia persinggahannya?
- Apakah yang dapat ia perolehi dari alam raya ini?
Tidak ada!
Tapi apakah yang ditinggalkan oleh seberkas cahaya ini ketika ia datang berkunjung dengan segala kesucian dan keagungannya?
Sesungguhnya  ia meninggalkan banyak perkara saat meletakkan cahaya itu dalam  perasaannya dan bagi mereka yang telah disucikan dan dibersihkan  olehnya.
Itulah bentuk peribadi Imam Hasan Al Banna. Ia tidak  mengambil apapun untuk kepentingannya namun ia telah meninggalkan begitu  banyak karya bagi seluruh manusia!
Adalah sesuatu yang penting bagi generasi sekarang untuk duduk sebentar dan diam sejenak :
- Mengenang peribadi Imam Hasan Al Banna yang sarat      dengan keagungan ini.
- Menengok kembali cahaya yang ada di sisinya secara      mendalam dan dengan penuh keikhlasan.
- Berusaha mengenali bagaimana :
a.       Sebuah pasukan dibentuk dalam organisasi.
b.      Jiwa mampu diluruskan.
c.       Dakwah dapat meraih kemenangannya. 
Sesungguhnya  Imam Hasan Al Banna sangat mengetahui dengan baik dan mendalam rahsia  di sebalik penyakit yang menimpa umat ini sebagaimana ia juga memahami  dengan baik bahwa ubat dari segala penyakit yang menimpa tubuh umat ini,  iaitu ‘ma’rifatullah’.
Ia memahami bahwa jiwa manusia ditimpa oleh kelemahan pada dua sisi yang membuatnya enggan berjihad di jalan Allah iaitu :
- Ketamakan.
- Ketakutan.
Andai  sahaja manusia tahu bahwa Allah adalah Zat yang ditanganNyalah  tergenggam rezeki dan kematian setiap manusia, niscaya ia tidak akan  berpaling dari jalan yang telah ia lalui.
Alangkah indahnya kalimat yang ia ucapkan :
“Wahai  saudaraku, sesungguhnya engkau menjadi ada dalam kehidupan dunia kerana  dua perkara iaitu rezeki dan ajalmu. Namun, tidak seorangpun yang  memiliki kekuasaan pada keduanya selain Allah. Oleh kerananya, janganlah  kedua perkara itu menghalangimu untuk melakukan kebaikan!”
Betapa menarik ilustrasi yang ia sampaikan tentang ‘ma’rifatullah’ dan nilai-nilai yang dikandungnya dalam memperbaiki keadaan masyarakat dengan ucapannya :
“Ma’rifatullah adalah tongkat pengubah yang memindahkan seseorang dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.”
Pada  pandangannya, untuk melakukan perbaikan di tengah masyarakat sangat  bergantung kepada perbaikan jiwa dan jiwa seseorang tidak akan menjadi  baik selain dengan berma’rifah kepada Allah.
Inilah asas yang berdiri di atasnya aturan individu dan kelompok. Benarlah firman Allah swt :
“Dan  jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan  kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya  beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah  orang yang mengotorinya.” (QS As Syams : 7 – 10)
Dalam diri Imam Hasan Al Banna, terdapat berbagai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya :
- Beliau adalah tokoh agama dan politik sekaligus.
- Pemimpin masa kini dengan kemulian fitrah dan      ketinggian ruhnya.
- Memiliki keindahan jiwa.
- Menyerlah sebuah keperibadian yang mempesonakan.
- Ucapannya yang penuh daya tarikan.
- Mempunyai kekuatan fizikal yang menakjubkan.
Beliau  adalah peribadi seorang manusia dengan segala kekuatan yang ia miliki.  Kekuatan ruhaninya menyinari setiap hati yang gelap yang berhubungan  dengannya dan arusnya menyalakan cahaya iman dalam jiwa setiap mu’min.  Kekuatannya mampu menghidupkan cita-cita yang telah mati dalam diri  orang-orang yang berputus asa.
Di sudut lain pula beliau adalah kekuatan ilmiah dengan ‘madrasah’ yang ia dirikan. Dengan ‘madrasah’ itu ia :
- Mencetak murid–murid yang handal.
- Memperbaharui keimanan.
- Melenyapkan segala keraguan.
- Mewariskan kekayaan abadi berupa manhaj dakwah dan ilmu      pengetahuan.
Selaian  itu beliau memiliki kekuatan kasih sayang yang melimpah ruah dalam  sanubarinya serta sensitivitinya yang tinggi menyelimuti jiwanya. Ia  akan turut bersedih atas derita yang dialami oleh saudara-saudara dan  pengikut-pengikutnya walaupun mereka berusaha menyembunyikan dalam lubuk  hati mereka.
Hatinya yang penuh dengan limpahan kasih saying itu didukung oleh daya ingatannya yang luar biasa. Ketika ‘jaulah’,  beliau bertemu dengan seorang akh yang namanya dan nama anggota  keluarganya masih ia ingat dengan sangat baik walaupun ia tidak  menjumpainya dalam masa yang sudah agak lama. Ia betanya keadaannya satu  per satu sekaligus menanyakan kesihatan mereka.
Imam Hasan Al  Banna adalah tenaga besar dari sebuah hikmah, kecerdasan dan kepandaian  yang sangat istimewa dalam seni kepimpinan dan politik.
Semangatnya  yang besar adalah sebuah kekuatan yang seolah-olah mengandungi daya  sihir sehinggakan tiada seorang pun yang duduk di sampingnya sehingga  semangatnya yang tinggi akan menarik orang tersebut ke dalam lingkaran  Islam.
Keperibadiannya yang melangit akan menarik pendengarnya  kepada cahaya di kaki langit. Oleh kerana itu, dalam dirinya terpancar  fitrah seorang mu’min sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah saw :
“Apabila engkau melihatnya, niscaya itu akan menghantarkanmu untuk mengingati Allah.”
Itulah  tabiat iman yang melekat dalam diri seorang mu’min sejati di mana ia  akan nampak halus dan lembut dalam diri seorang perajurit.
Bagaimana pula apabila tabiat itu melekat dalam diri seorang pemimpin?
Bagiamanakah kiranya apabila ia seorang pemimpin yang istimewa dan sebuah peribadi imam yang cerdas dan bijaksana?
Sesungguhnya  jejak yang ditinggalkan oleh Imam Hasan Al Banna akan termuat dalam  buku yang sangat tebal. Itulah buku yang berisi bimbingan ruhani yang  cemerlang. Semua itu akan menambah daya tarikan dan pesona yang memenuhi  seluruh sisi kehidupannya.
Di atas semangatnya yang bergelora ada  arus yang mengalir deras mampu mempengaruhi, memiliki daya dorong  sementara ia tidak akan mundur dan cahaya itu telah menyelimuti seluruh  wilayah Timur.
Ia memiliki arus yang terus mengalir dan mampu  menghanyutkan segala yang ada di hadapannya tanpa ada satu kekuatanpun  yang mampu membendungnya. Ia terus mengalir dan merasuk ke dalam jiwa  setiap orang dengan halus, lembut dan sangat tenang sebagaimana aliran  air yang tenang mengalir antara pergunungan dan lembah membawa  kesuburan, kenikmatan dan menghilangkan dahaga mereka yang kehausan.
Begitulah  keperibadian manusia yang agung, kebesaran peribadinya dibentuk oleh  kesucian langit dan ketinggian nilai-nilai keteladanan bukan dari  kecerdasan naluri manusia belaka atau kepandaian burung-burung nasar dan  serigala. Keperibadian ynag tinggi ini juga tidak diperolehi dari ilmu  pengetahuan akan tetapi semua itu berasal dari kehendak Allah yang  diberi keistimewaan bagi hamba-hambaNya yang ia pilih untuk itu.
Ciri  paling menonjol yang melekat dalam diri Imam Hasan Al Banna ialah  semangat pergerakannya yang sedemikian kuat, daya dan kesungguhan  kerjanya yang luar biasa mengalir dalam darahnya ke seluruh anggota  tubuhnya.
Keperibadiannya yang menakjubkan dan unik itu umpama  tenaga elektrik yang saling menyatu dan tidak padam oleh berbagai kesan  material di luar dirinya. Ia sentiasa terjaga dan memiliki akal yang  sentiasa bercahaya.
Imam Hasan Al Banna menulis cepat dalam  lembaran catatan kehidupannya seakan-akan ia hendak mendahului putaran  tata suria yang beredar pada orbitnya. Langkah kakinya adalah langkah  kaki sebuah raksasa dan kesungguhannya adalah kesungguhan satu umat yang  sempurna dan bukan kesungguhan satu individu yang memiliki  keterbatasan.
Ia seakan-akan dapat mengetahui bahwa usia  kehidupannya lebih pendek daripada usia dakwah ini untuk mencapai batas  kesempurnaannya. Maka ia mengerahkan segala kemampuannya agar dakwah ini  tetap hidup dengan membangun tiang-tiang kekuatannya dan membangun  tembok besar yang kukuh yang dapat menjaganya. Ia juga menyiapkan  sebanyak mungkin jumlah anggota dakwah dan bekalan yang mesti ia miliki.
Tatkala  ia melihat bahwa masaalah yang dihadapi masyarakat jauh lebih besar  dari waktunya yang tersedia dan kehidupannya yang teramat singkat, ia  menjadikan kalimat ini sebagai syiar dakwahnya.
“Al Wajibaat Aktsaru Minal Auqat.” (Kewajiban kita lebih banyak daripada waktu yang ada)
Keunikan  lain yang menonjol pada dirinya ialah beliau bergerak secara teratur  dan lincah ketika melakukan sebuah pekerjaannya. Dengan cepat ia maju  meraih bebanan dakwah dengan penuh kerinduan dan sukacita. Dari gerakan  yang lincah dan teratur inilah, hasil besar dapat diraih. Bahkan ia  dapat melaksanakannya dengan sangat teliti yang menghasilkan gerakan  yang berterusan dengan hasil yang sangat tepat.
Dia adalah lampu  dengan pancaran sinarnya yang agung dan sumbunya yang tidak pernah padam  hingga ke titisan terakhir dari minyak yang ada dalam lampu itu  benar-benar habis. Itulah Imam Hasan Al Banna yang mengorbankan dirinya  demi tegaknya dakwah ini hingga titisan darahnya yang terakhir tumpah  membasahi bumi seraya berucap, “Asyhadu alla Ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.”
Cita-citanya  berada jauh di atas kemampuan dirinya dan kemampuan lebih tinggi dari  keletiham fizikalnya serta masa yang tersedia baginya. Hasratnya saling  berlumba untuk melampaui batas kemampuan manusia. Karya besarnya yang  sesuai untuk zaman ini telah menjadi kemuliaan bagi para wali lebih dari  sekadar prestasi seorang anak manusia yang memiliki kecerdasan.
Beliau  adalah peribadi yang beramal untuk dakwah ini seakan-akan hanya dialah  seorang yang memperolehi bebanan dakwah itu. Kita mungkin akan bertanya,  kekuatan apakah gerangannya yang dimiliki oleh lelaki ini sehingga ia  mampu membawa di atas bahunya beban yang sangat besar dan berbagai  masaalah berat? Ia menyatu dalam jiwa kita umpama menyatunya semerbak  wangian bunga-bunga yang indah di taman.
Imam Hasan Al Banna juga memiliki ciri-ciri istimewa pada :
- Kemampuan daya ingatannya.
- Kecerdasannya.
- Kesabarannya.
- Ketawadhu’annya.
- Sifat pemaafnya.
- Firasatnya yang tajam.
Dari segi kehidupan lahiriah, beliau :
- Hanya menyantap makanan yang terhidang di hadapannya.
- Mengenakan pakaian yang sederhana.
- Menjalani kehidupannya dengan rezeki Allah sekadar      cukup untuk memenuhi keperluannya.
Hatinya  tidak pernah risau ketika ia perlu meninggalkan anak-anaknya untuk  Allah walaupun tidak ada sesuatu pun yang ia tinggalkan bagi mereka.
Kesenangan  dan kebahagiaan hatinya ialah tatkala ia berseru kepada manusia dengan  kalimat Allah dan menyampaikan kepada mereka  rahsia yang tersembunyi  dalam dirinya dan tatkala kecemerlangan gagasan dan nilai-nilai luhur  yang ia bawa menemui realitinya.
Dalam memyampaikan dakwahnya,  beliau nyaris tidak ada istirehat bahkan terus bergerak dari pagi hingga  ke petang hari. Jika beliau melakukan ‘jaulah’,  sebahagian besar hari-harinya dilalui dengan perjalanan dakwah. Siang  hari beliau gunakan untuk bermusafir dan ia tidak tidur pada malam hari  kecuali sedikit.
Pada detik-detik akhir kehidupannya, seoarang  ikhwan menasihatinya ketika ia melihatnya tidak tidur malam dan tidak  juga memanfaatkan siang harinya untuk beristirehat.
Sahabat tersebut berkata :
“Wahai syeikh, sebaiknya engkau mengasihi dirimu dengan tidur dan beristirehat walau sejenak sahaja.”
Imam Hasan Al Banna menjawab :
“Esok, wahai sahabatku, aku akan beristirehat sangat lama dan menikmati tidur panjangku.”
Semoga  kasih sayang Allah sentiasa tercurah bagi Imam Hasan Al Banna. Ia  adalah peribadi yang muncul secara tiba-tiba dan tidak terduga di dunia  ini.
Zaman sangat sukar melahirkan peribadi seperti itu. Ia  sesungguhnya tidak mati bahkan hidup di sisi Tuhannya dan di hati para  pengikutnya. Jejak dakwah dan kehidupannya tidak akan mati bahkan tetap  hidup menempuh perjalanan panjang yang membentang di hadapannya. Mereka  yang datang di belakangnya akan merasa sangat letih dan penat untuk  mengikuti jejak langkahnya.
Ya Allah, kami memohon taufiq kepadaMu  sebagaimana Engkau berikan kepada Imam Hasan Al Banna. Berilah ganjaran  pahala kepada kami dengan kebaikan bagi Islam dan kaum muslimin.  Kurniakanlah kepada kami ‘syahadah’ di jalanMu  sebagaimana yang Engkau berikan kepada Imam Hasan Al Banna dan  bangkitkanlah kami pada hari kiamat nanti bersama para Nabi, Shiddiqin,  Shuhada’dan Solehin.
 
Ameen Ya Rabbal Alameen
 
Wan Ahmad Sanadi Wan Ali
Pengerusi JK Tarbiah IKRAM Shah Alam
 
"Ukhuwah Teras Kegemilangan"
"IKRAM Wadah Perjuangan"